PURNAMA DI TANAH
BORNEO
Sore yang indah, seindah suasana
hati ini. Mungkin karena sedang bahagia aku mengganti DP bbm ku bersama
kekasih. Foto beberapa bulan yang lalu, saat aku dan dia duduk di taman kampus.
Di foto itu wajahku hanya setengah dan dia menghadap ke aku. Namaku Melati
berwajah chubby dengan badan yang tidak terlalu tinggi :D
Aku sudah menjalin hubungan
dengan kekasihku hampir 4tahun. Bukan waktu yang singkat memang. Hanya saja aku
dan dia tidak mengumbar hubungan kami disosmed (walau aku menginginkan itu).
Oleh sebab itu, mengganti DP bersama dia sangat jarang ku lakukan.
Tiba-tiba hp ku berbunyi. “cieee
mbul” “romantis ehhh” disertai sticker kubalas dengan sticker senyum. ‘kapan
pulang’ tanya nya.
“belum tau” jawabku singkat
“HAHAHA, taraweh dak?”
Hanya ku read bbm darinya.
Keesokan harinya.
“sibuk ya, sampai balas bbm aja
nggak bisa, hanya diread”
“sahur… sahurrr” disertai dengan
sticker yang marah
Aku hanya tersenyum membacanya,
lalu ku balas
“kupeenn, baru bangun heheh dak
sibuk sih, Cuma takut jak”
“buset daahhh, udah mau imsak
mbul, takut apa?”
Lalu ku balas dengan sticker
meledek.
“Ada WA dak?” “dak ada” jawabku
singkat
“LINE?” “cukup bbm jak,
kangen???” tanya ku dan tidak dibalasnya
Dia laki-laki yang sampai
sekarang bertahan (mungkin). Ku hela nafas panjang, ku coba mengulang memori
lama yang masih tersimpan. Dia laki-laki yang bertahan sejak 2008 saat itu aku
masih kelas VII SMP. Ku kira hanya cinta monyet. Dia juga lelaki yang
mengajarkanku banyak hal. Lelaki yang nekad kerumah tengah malam, dan menjadi
satu-satunya lelaki yang ngobrol dengan almarhum ayah sampai subuh, dan saat
itu aku sudah tidur nyenyak di kamar. Dia PURNAMA lelaki tergila yang pernah ku
temui.
Sejak SMP aku mengenal dia,
ketika aku kelas VII dia sudah kelas IX. Entah bagaimana aku dan dia bisa kenal
dan dekat. Dia sangat pandai dalam hal yang berbau computer atau sejenisnya.
Saat pelajaran TIK sewaktu smp sering disuruh mengetik sepuluh jari yang sampai
saat ini belum bisa kulakukan. :D dan dialah yang sering mengerjakan tugas TIK
ku. Karena dia murid kesayangan guru TIK disekolah ku dan kunci lab computer
sering sama dia, jadi file yang sudah ku buat dia selesaikan. Yeyyy
Tak bisa kupungkiri saat itu aku
sudah mulai menyukai lawan jenis, tetapi bukan dia melainkan temannya. Hehehe
namun, hal itu dia ketahui dan itu bukan masalah baginya. Jujur, dia lelaki
yang baik, dan hanya ku anggap sebagai abang, sampai kapan pun.
Kami sering telphonan dari jam 9
atau jam 10 malam sampai tengah malam. Sering aku ketauan sama mama. Ku bilang
saja kalau yang nelpon itu dia. :p
Waktu SMP dia pernah mencoba
mengungkapkan perasaannya ke aku. Tapi akunya malah takut dan mengalihkan
pembicaraan. Aku bilang ke dia, aku mau pacaran kalau sudah berumur 17 tahun.
Namun, kuingkari itu. Yang lebih parahnya aku pacaran dengan temannya, tidak
lama hanya beberapa bulan. Aku tau dia pasti marah atau sakit hati padaku. Aku
pun masa bodo, terserah juga dia mau marah kek, dak ngaruh juga sama aku.
Eehh, jauh dari dugaan ku dia
masih mau berteman denganku. Setelah kejadian itu tidak ada yang berubah dari
dia. Waktu bersama kami satu sekolah pun semakin singkat karena dia bakalan
lulus dan masuk SMA. Dia bertanya pada ku, saat itu tengah malam dia menelphon.
“mbul, bagusnya aku lanjut SMA
dimana ya”
“ditempat yang jauh, yang
pastinya kita nggak mungkin satu sekolah lagi”kata ku bercanda
Dan benar saja, dia mendaftar di
SMK yang jauh -,- yang tidak memungkinkan kami satu sekolah. Entah karena
kata-kataku atau bukan tapi itu membuatku marah padanya.
“kupen kok daftarnya di SMK”
tanya ku kesal
“lahhh, yang kemarin nyuruh
sekolah jauh siapa?”
“tapi kannn??” aku merajuk pada
nya.
Tidak ada pertemuan setelah
kejadian itu, berkali-kali dia menelpon dan kuabaikan.
Beberapa hari setelah itu ayah
meminta ku untuk menyuruh purnama kerumah karena printer ayah rusak. Dia memang
sudah akrab dengan keluargaku. Bahkan untuk makan dirumah saja dia tidak
canggung atau urat malunya sudah putus mungkin. Mungkin Tuhan sudah mengatur
semua sehingga dengan mudah dia akrab dengan keluargaku (dia anak dari teman
ayah). Dengan sangat terpaksa dan malu aku menelphonnya dan bilang ayah minta
tolong betulkan printer dirumah.
Sehabis sholat Isya dia kerumah,
membetulkan printer hingga larut malam mengobrol dengan ayah. Sementara aku, berdiam
diri dikamar. Berkali-kali ayah memanggilku namun tidak kuhiraukan. Sampai dia
pulang aku hanya memandang dari jendela kamar, karena kamarku berada dilantai
dua dan menghadap ke jalan dengan mudah aku melihat dia pulang.
Ada rasa bersalah dalam diriku,
lalu kuambil Hp ku dan ku sms dia.
“maaf untuk kejadian hari ini dan
beberpa hari yang lalu, aku nggak marah lagi kok, jangan lupa cokelat ya” namun
tidak dibalasnya. Dia memang sering memberiku cokelat karena dia tau aku sangat
suka cokelat. Berbeda dari remaja lainnya, saat itu dia sudah bekerja
membetulkan computer dari rumah ke rumah. Sangat mandiri, sering ayah dan mama
memuji dia. Sopan dan tidak pernah memarahi aku. Hampir semua yang kupinta
diberinya kupikir saat itu hanyalah cinta monyet.
Suara bbm masuk menyadarkanku
dari memori lama. Ku liat bbm dari Purnama.
“sorry mbul,tadi ada kegiatan
penutup”
“ya, nggak apa” jawabku singkat.
Padahal dalam hati sakit banget di gituin. -,-
“lalu mbul? Rencana terdekat
apa?”
“nggak ada, ya paling berharap cepat
selesai S1”
“PARAH, cepat selesaikan S1 biar
cepat lanjut S2”
Hanya ku balas dengan stiker
senyum lebar.
“ehhh, aku tunggu mbul selesai S1
trus kita sama-sama lanjut S2 di Jerman”
Aku hanya terdiam saat baca bbm
dari dia. Entah karena aku marah atau ??? aku pun tak tau yang kurasakan.
Sepertinya aku tidak mengizinkan dia untuk pergi ke Jerman.
Ku balas dengan hati yang kesal,
“selesaikan saja S1 lalu kerja, jangan pergi lagi”
“hahaha, mbul… sejak kapan aku
nganggur? Kan aku selama ini kerja juga. Dak apakan pergi jauh, itu juga karena
mencari ilmu”
“tapi kupen sampai kapan jauh
terus? Kapan pulang”
“makanya aku ngajak kamu mbul,
kita sama-sama ke Jerman”
“TERSERAH, kalo mau pergipun
silahkan… pergi jak terus, tinggalkan jak”
Hanya dibalas dengan stiker tertawa.
Ku rasa itu bukan hal yang lucu, sangat menyebalkan.
Tak dapat dipungkiri, aku
merindukannya. Aku tau dia sangat menjaga jarak diantara kami. Dia chat palingan
hanya nanya kabar atau sekedar menyapa. Itupun terkadang tiga bulan sekali,
sedangkan kalo bertemu setahun sekali saja susah semenjak dia kuliah di jogja.
Dia pernah bilang ke ayah “biarlah
anak bapak pacaran dengan orang lain, nanti biar saya yang melamar duluan” aku
nggak pernah menyangka ada cowok senekad dia, bilang begituan ke ayah. Almarhum
ayah dulu sering bercanda tentang perasaan Purnama kepadaku. Yang ku pikirkan,
mungkin dia bukan jodohku.
“pergilah jauh, bahkan ke Jerman sekalipun silahkan. Jika memang kita
berjodoh kembalilah ke tanah BORNEO. Walau disini tak sedingin Jerman, namun
aku akan berusaha menjadi peneduh hatimu, PURNAMA”
Aku mencoba menenangkan hatiku. Pergilah,
aku akan ikhlas dengan kepergianmu, datanglah jika aku masih menjadi alasanmu
kembali ke BORNEO. Walau sulit ku melepasmu, semoga ringan kakimu melangkah
meninggalkanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar