Senin, 25 Juli 2016

PURNAMA DI TANAH BORNEO PART 1

PURNAMA DI TANAH BORNEO

Sore yang indah, seindah suasana hati ini. Mungkin karena sedang bahagia aku mengganti DP bbm ku bersama kekasih. Foto beberapa bulan yang lalu, saat aku dan dia duduk di taman kampus. Di foto itu wajahku hanya setengah dan dia menghadap ke aku. Namaku Melati berwajah chubby dengan badan yang tidak terlalu tinggi :D
Aku sudah menjalin hubungan dengan kekasihku hampir 4tahun. Bukan waktu yang singkat memang. Hanya saja aku dan dia tidak mengumbar hubungan kami disosmed (walau aku menginginkan itu). Oleh sebab itu, mengganti DP bersama dia sangat jarang ku lakukan.
Tiba-tiba hp ku berbunyi. “cieee mbul” “romantis ehhh” disertai sticker kubalas dengan sticker senyum. ‘kapan pulang’ tanya nya.
“belum tau” jawabku singkat
“HAHAHA, taraweh dak?”
Hanya ku read bbm darinya. Keesokan harinya.
“sibuk ya, sampai balas bbm aja nggak bisa, hanya diread”
“sahur… sahurrr” disertai dengan sticker yang marah
Aku hanya tersenyum membacanya, lalu ku balas
“kupeenn, baru bangun heheh dak sibuk sih, Cuma takut jak”
“buset daahhh, udah mau imsak mbul, takut apa?”
Lalu ku balas dengan sticker meledek.
“Ada WA dak?” “dak ada” jawabku singkat
“LINE?” “cukup bbm jak, kangen???” tanya ku dan tidak dibalasnya
Dia laki-laki yang sampai sekarang bertahan (mungkin). Ku hela nafas panjang, ku coba mengulang memori lama yang masih tersimpan. Dia laki-laki yang bertahan sejak 2008 saat itu aku masih kelas VII SMP. Ku kira hanya cinta monyet. Dia juga lelaki yang mengajarkanku banyak hal. Lelaki yang nekad kerumah tengah malam, dan menjadi satu-satunya lelaki yang ngobrol dengan almarhum ayah sampai subuh, dan saat itu aku sudah tidur nyenyak di kamar. Dia PURNAMA lelaki tergila yang pernah ku temui.
Sejak SMP aku mengenal dia, ketika aku kelas VII dia sudah kelas IX. Entah bagaimana aku dan dia bisa kenal dan dekat. Dia sangat pandai dalam hal yang berbau computer atau sejenisnya. Saat pelajaran TIK sewaktu smp sering disuruh mengetik sepuluh jari yang sampai saat ini belum bisa kulakukan. :D dan dialah yang sering mengerjakan tugas TIK ku. Karena dia murid kesayangan guru TIK disekolah ku dan kunci lab computer sering sama dia, jadi file yang sudah ku buat dia selesaikan. Yeyyy
Tak bisa kupungkiri saat itu aku sudah mulai menyukai lawan jenis, tetapi bukan dia melainkan temannya. Hehehe namun, hal itu dia ketahui dan itu bukan masalah baginya. Jujur, dia lelaki yang baik, dan hanya ku anggap sebagai abang, sampai kapan pun.
Kami sering telphonan dari jam 9 atau jam 10 malam sampai tengah malam. Sering aku ketauan sama mama. Ku bilang saja kalau yang nelpon itu dia. :p
Waktu SMP dia pernah mencoba mengungkapkan perasaannya ke aku. Tapi akunya malah takut dan mengalihkan pembicaraan. Aku bilang ke dia, aku mau pacaran kalau sudah berumur 17 tahun. Namun, kuingkari itu. Yang lebih parahnya aku pacaran dengan temannya, tidak lama hanya beberapa bulan. Aku tau dia pasti marah atau sakit hati padaku. Aku pun masa bodo, terserah juga dia mau marah kek, dak ngaruh juga sama aku.
Eehh, jauh dari dugaan ku dia masih mau berteman denganku. Setelah kejadian itu tidak ada yang berubah dari dia. Waktu bersama kami satu sekolah pun semakin singkat karena dia bakalan lulus dan masuk SMA. Dia bertanya pada ku, saat itu tengah malam dia menelphon.
“mbul, bagusnya aku lanjut SMA dimana ya”
“ditempat yang jauh, yang pastinya kita nggak mungkin satu sekolah lagi”kata ku bercanda
Dan benar saja, dia mendaftar di SMK yang jauh -,- yang tidak memungkinkan kami satu sekolah. Entah karena kata-kataku atau bukan tapi itu membuatku marah padanya.
“kupen kok daftarnya di SMK” tanya ku kesal
“lahhh, yang kemarin nyuruh sekolah jauh siapa?”
“tapi kannn??” aku merajuk pada nya.
Tidak ada pertemuan setelah kejadian itu, berkali-kali dia menelpon dan kuabaikan.
Beberapa hari setelah itu ayah meminta ku untuk menyuruh purnama kerumah karena printer ayah rusak. Dia memang sudah akrab dengan keluargaku. Bahkan untuk makan dirumah saja dia tidak canggung atau urat malunya sudah putus mungkin. Mungkin Tuhan sudah mengatur semua sehingga dengan mudah dia akrab dengan keluargaku (dia anak dari teman ayah). Dengan sangat terpaksa dan malu aku menelphonnya dan bilang ayah minta tolong betulkan printer dirumah.
Sehabis sholat Isya dia kerumah, membetulkan printer hingga larut malam mengobrol dengan ayah. Sementara aku, berdiam diri dikamar. Berkali-kali ayah memanggilku namun tidak kuhiraukan. Sampai dia pulang aku hanya memandang dari jendela kamar, karena kamarku berada dilantai dua dan menghadap ke jalan dengan mudah aku melihat dia pulang.
Ada rasa bersalah dalam diriku, lalu kuambil Hp ku dan ku sms dia.
“maaf untuk kejadian hari ini dan beberpa hari yang lalu, aku nggak marah lagi kok, jangan lupa cokelat ya” namun tidak dibalasnya. Dia memang sering memberiku cokelat karena dia tau aku sangat suka cokelat. Berbeda dari remaja lainnya, saat itu dia sudah bekerja membetulkan computer dari rumah ke rumah. Sangat mandiri, sering ayah dan mama memuji dia. Sopan dan tidak pernah memarahi aku. Hampir semua yang kupinta diberinya kupikir saat itu hanyalah cinta monyet.
Suara bbm masuk menyadarkanku dari memori lama. Ku liat bbm dari Purnama.
“sorry mbul,tadi ada kegiatan penutup”
“ya, nggak apa” jawabku singkat. Padahal dalam hati sakit banget di gituin. -,-
“lalu mbul? Rencana terdekat apa?”
“nggak ada, ya paling berharap cepat selesai S1”
“PARAH, cepat selesaikan S1 biar cepat lanjut S2”
Hanya ku balas dengan stiker senyum lebar.
“ehhh, aku tunggu mbul selesai S1 trus kita sama-sama lanjut S2 di Jerman”
Aku hanya terdiam saat baca bbm dari dia. Entah karena aku marah atau ??? aku pun tak tau yang kurasakan. Sepertinya aku tidak mengizinkan dia untuk pergi ke Jerman.
Ku balas dengan hati yang kesal, “selesaikan saja S1 lalu kerja, jangan pergi lagi”
“hahaha, mbul… sejak kapan aku nganggur? Kan aku selama ini kerja juga. Dak apakan pergi jauh, itu juga karena mencari ilmu”
“tapi kupen sampai kapan jauh terus? Kapan pulang”
“makanya aku ngajak kamu mbul, kita sama-sama ke Jerman”
“TERSERAH, kalo mau pergipun silahkan… pergi jak terus, tinggalkan jak”
Hanya dibalas dengan stiker tertawa. Ku rasa itu bukan hal yang lucu, sangat menyebalkan.
Tak dapat dipungkiri, aku merindukannya. Aku tau dia sangat menjaga jarak diantara kami. Dia chat palingan hanya nanya kabar atau sekedar menyapa. Itupun terkadang tiga bulan sekali, sedangkan kalo bertemu setahun sekali saja susah semenjak dia kuliah di jogja.
Dia pernah bilang ke ayah “biarlah anak bapak pacaran dengan orang lain, nanti biar saya yang melamar duluan” aku nggak pernah menyangka ada cowok senekad dia, bilang begituan ke ayah. Almarhum ayah dulu sering bercanda tentang perasaan Purnama kepadaku. Yang ku pikirkan, mungkin dia bukan jodohku.

“pergilah jauh, bahkan ke Jerman sekalipun silahkan. Jika memang kita berjodoh kembalilah ke tanah BORNEO. Walau disini tak sedingin Jerman, namun aku akan berusaha menjadi peneduh hatimu, PURNAMA”

Aku mencoba menenangkan hatiku. Pergilah, aku akan ikhlas dengan kepergianmu, datanglah jika aku masih menjadi alasanmu kembali ke BORNEO. Walau sulit ku melepasmu, semoga ringan kakimu melangkah meninggalkanku.


bersambungggggg.............................. -,-

Sabtu, 18 Juni 2016

LORONG KAMPUS (hanya cerita fiktif)

LORONG KAMPUS
Berjalan sendiri menapaki lorong kampus (caillahhh jomblo). Namaku Faiha, salah satu mahasiswi Universitas negeri di kota Pontianak. Aku tergolong mahasiswi yang tidak begitu pintar namun tidak juga tergolong oon. :P
Selasa yang indah, aku dengan ogah-ogahan bangun dari tempat tidur. Melanjutkan tugas yang sudah lama tak ku sentuh. Yaaa, untuk matakuliah ini rasanya malesin. ku kerjakan seadanya, nanti akan ku lanjutkan dikelas (nyontek maksudnya).
Sesampai di kampus aku bertemu sesosok (serem ehh sesosok) lelaki yang lumayan tinggi, tidak begitu tampan namun harum cuyy. ;D
Hanya berpapasan di lorong kampus, namun rasanya seperti ada reaksi penguraian perasaan di hatiku (ya ampuun ehh). Ehh udah sampai aja di kelas yang sederhana ini. :o ku pilih bangku pojok. Disampingku ada lili, dia orang yang cukup dekat dengan ku, yaa bisa dibilang sahabat.
“selamat pagi semua” tiba-tiba muncul suara cowok.
Oohhh Tuhan, dia laki-laki tadi. Ser serran hati ini. Ternyata dia dosen baru. “Alamakk, dak konsenlah aku niii, dahlah makul ini aku bebal ehh die pula yang ngajar dak ke dak konsen jadinye aku ni” kira-kira begitulah kata hatiku dalam Bahasa melayu kami. Hehehe
Ganteng sih, tapi gaya bicaranya kurang oke. Ada gagap gagapnya gitu. :D
“ehh li, ngerti dak same yang die bilang tu, ngomongnye dak jelas” kataku kepada lili
Eehh si lili ketawa, “kamfreett ni budak ketawa pula” pak Doni (dosen itu) melihat kearah kami.
“ngapain kalian tertawa, ada yang salah”
“dak pak” muka ku mungkin seperti kepiting rebus saking malunya ditegur.
Nyebelin juga tu dosen, jadi takut sama dia. Huhuhu
Jadi setiap matakuliahnya aku perhatikan dia mengajar, tapi tetap aku tidak pernah duduk didepan. Hehehe
Sudah hampir sebulan pak Doni mengajar kami. Hari ini entah mengapa aku lemas sekali, malas rasanya mau kuliah. Namun apalah daya demi menjadi seorang ibu yang cerdas aku kuat-kuatin aja (lebah-lebah). Konsentrasi ku mulai pecah, mataku sangat mengantuk. Tiba-tiba terdengar suara “Faiha, kamu paham?” aku terdiam seperti orang kebingungan, kok bias dia hafal nama ku. Aku hanya mengangguk saja.
Setelah hari itu, dia sering memanggil namaku di kelas. Ada rasa yang tidak bisa ku gambarkan. Sangat abstrak seperti halnya atom, sulit sekali menggambarkannya. Apakah ini suka? Aku mencoba menepis rasa yang tidak pantas tumbuh. Segera ku beri inhibitor agar perasaanku ini terhambat.
Namun apalah daya, walau sudah berusaha menepis tetap saja terasa indah memandangnya. Ditambah lagi katalisatornya teman-teman yang suka mengodaku dengan pak Doni.
Aku harus biasa-biasa saja tekadku. Hari itu dia meminta untuk diberi jam tambahan kuliah dilain hari. Lalu, pak Doni pun meminta no hp yang bisa dihubungi, ehhh ketika ada yang nawarin dia nggak mau, malah maunya no hp ku. (gagal ni move on)
Selama no hp ku ada padanya aku dan dia sering sms bahkan telponan, namun dalam system yang wajar. Lama kelamaan, tidak bisa dipungkirilah yaa, yang namanya cewek pasti melibatkan perasaan. “SUKA?” IYA, aku mulai mengakui perasaan itu. Terlebih cara dia memperlakukanku terasa istimewa.
Ketika himpunan yang kuikuti mengadakan acara, dan aku sebagai salah satu coordinator acara itu. Mencari dosen yang bisa dijadikan juri lomba ya hanya dia sepertinya yang tidak terlalu sibuk (sok tau hihihi). Acara ini  jugalah yang membuat aku dan dia semakin dekat. Terkadang dia meminta saran kepada ku untuk beberapa hal, bercanda pun sudah sering kami lakukan dan semua hal itu ku tutupi dari teman-temanku.
Hari-hari yang berlalu begitu indah terasa, semangat belajar kian meningkat. Mungkin ini efek dari tumbukan-tumbukan molekul perasaan yang tak dapat tergambarkan. :D
Penasaran ku terhadap dia semakin tinggi, tanpa sengaja aku melihat IG nya. Ku buka satu per satu foto yang di postingnya. Ya Tuhan, ni orang banyak banget yg suka. Banyak mahasiswi yg nongkrong di komen fotonya. Aku mulai ragu dengan “rasa” ini. Apalah aku jika dibandingkan dengan cewek-cewek yang menyukainya itu.
Ku langkahkan kaki dilorong kampus, lorong yang sama saat ku melihat dia pertama kali. Kali ini mungkin Tuhan punya rencana lain, ku lihat dia diseberang sana bersama beberapa mahasiswi dan terdengar “ciee bapak, ni Mutia nya, di kelas jak suka dipanggil-panggil” aku hanya terdiam, tiba-tiba langkah kaki ini terhenti. “ohh… ternyata sama saja” yaa!! Sama saja, dia dan lelaki lainnya, sama saja. Atau hanya aku yang terlalu berperasaan. Sakit sih, sakit beudd (anak alay)
Terlalu cepat menyimpulkan dia lelaki yang beda, terlalu cepat melibatkan perasaan. Rasanya jera untuk melibatkan rasa. Semenjak aku tau dia juga memperlakukan yang lain seperti aku, aku merasa biasa saja. Bahkan ketika aku tau dia memandangku diam-diam aku tetap pura-pura tidak tau. Bukan urusanku sekarang dia mau memanggilku, mencariku ketika tidak masuk atau ketika dia meminta diingatkan masuk dikelas. Bukannya aku membenci dia, hanya saja aku terlalu takut hatiku terluka. Bukan, BUKAN dia yang menyakitiku, namun perasaanku sendiri yang membuat luka.
Ku akhiri saja perasaan tersembunyiku pada dia, dosen muda. Lebih baik seperti ini. Jika dia benar-benar punya rasa, dia dong yang harus datang. hehehehe

 tolong jangan BAPER ^^

Selasa, 17 Mei 2016

KAMIS MENDUNG (hanya cerita fiktif)

Kamis Mendung 1
DIA AYAH SAMBUNGKU
Aku seorang gadis yang selalu merasa "BERUNTUNG" bukan karena terlahir dari keluarga yang kaya raya namun karena proses hidup yang sudah kulalui. hanya saja untuk yang satu ini aku merasa SUWEK. Kehilangan sosok seorang ayah begitu menyedihkan bagi seorang gadis, aku merasa Tuhan tidak adil, usiaku saat itu masih 5tahun sedangkan adikku yg cewek baru 7bulan. (oh..ya aku anak ke 2 dari 4 bersaudara sibungsu cowok). Beberapa tahun kemudian ibu memutuskan untuk menikah lagi, dari pernikahan itulah lahir si bungsu. yaaa, aku punya "AYAH SAMBUNG" . Dari pernikahannya dulu punya 4 anak sekarang sudah menikah semua. 
apa yang kalian pikirkan dari sosok "AYAH SAMBUNG" ????
GALAK? PENYIKSA? Atau KEJAM mungkin?
jauh dari itu semua, mereka bilang aku beruntung punya ayah seperti dia, bahkan banyak yang tidak tau dia hanya ayah sambung untukku dan saudaraku. Sering aku marah kepada dia saat apa yg dia lakukan ku anggap salah, sering sekali aku memaki dalam hati dan menyesali pernikahan ibu dengan "dia", tidak jarang aku marah pada ibu dan bertanya "mengapa ibu harus menikah lagi?" KESAL. terlebih ketika aku selalu di teror oleh anaknya. Beberapa tahun berlalu, tanda tanya itu masih sama "mengapa ibu harus menikah lagi?". aku beranjak dewasa, memasuki bangku kuliah. tugas, praktikum dan laporan hanya itu yang membuatku galau. aku memutuskan untuk mengajar les hanya sebagai tambahan uang jajan. Ayah sambungku juga sering mentransfer uang, bahkan salah satu atmnya ada ke aku. kalau uang bulanan menipis yaaa tinggal sms aja, " yah,uang bulanan saya masih 20ribu cukup untuk makan" hehehe tidak pernah aku meminta, cukup dg sms demikian dia pasti balas "iya,doakan ayah dapat rezeki, besok ayah transfer"  padahal untuk urusan uang aku tidak kekurangan karena masih mendapat gaji pensiun ayah kandungku. lihat saja besok, pasti hp berdering berkalikali hanya untuk bilang "dek, uangnya udah ayah transfer" aku dengan girangnya cuma bisa bilang "makasih yah". suatu yang membanggakan bagi beliau ketika anaknya kuliah meski aku cuma anak TIRI. Karena anak kandungnya tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi. hari berlalu, murid lesku pun bertambah, aku dengan girang menceritakannya kepada ayah dan ibu lewat telpon, hari itu hari rabu. keesokkan harinya aku praktikum, langit mulai mendung, sudah sangat sore dan mau hujan, sesampai dikos aku langsung mengambil hp dan menelpon ibu. suasana rumah terasa sepi ku tanya "bu, kok sepi? kemana adik-adikku dan ayah?" ibu hanya menjawab "si bungsu ngaji, satunya kemah, ayah lagi pergi katanya mau belikan si bungsu susu" (si bungsu kami walau sudah kelas 3 masih minum susu) adzan magrib berkumandang, aku memutuskan obrolan kami. setelah sholat aku pergi makan bersama pacarku, entah mengapa hati ini terasa berbeda, tiba-tiba pacarku berkata "kapan ya bisa ke rumah kamu lagi?" "ya nanti, kalo libur kuliah". tak lama kakakku menelpon, dengan suara yang bergetar memberitau ayah kami tabrakan, dan kondisinya kritis. aku terdiam, airmata menetes dan terisak. dia pun hanya bisa menangis karena kami berdua jauh di luar kota.
ibu kami tidak memberitau kami tentang hal ini, kakakku tau dari status fb keponakan ayah. yaa, itulah hebatnya ibu, tidak pernah memberitau kegundahan hatinya. hanya doa yang bisa ku kirim untuk ibu dan ayah yang jauh disana. Aku kembali ke kos, menangis dan menangis takut kehilangan. tak lama hpku berdering, ku lihat ayah memanggil "dek, kita sudah tidak punya ayah" suara kakak tiriku terdengar bergetar. aku terisak, ingin segera pulang, tengah malam itu juga aku dan pacarku pulang ke rumah. sepanjamg jalan aku menangis, ku ingat satu per satu memori bersama ayah.
dulu, dia yang menjemput dan mengantarku ke sekolah.
dia yang menghadiahkan motor yg sekarang ku gunakan untuk kuliah dari hasil jalan sehat PGRI yang di ikutinya, dia yang memberiku laptop ketika aku kelas X SMA, dia juga yg takut aku kelaparan ketika akhir bulan. dia yang pergi pagi pulang malam untuk kami, dia yg sangat marah ketika ada makanan terbuang sia sia, dia yg begitu membanggakan aku kepada teman-temannya.
setelah kepergiannya, rekan-rekannya berdatangan satu per satu menceritakan kisah mereka bersama ayah.
"kemarin ketika ada pertemuan beliau tidak ikut sampai selesai, katanya mau transfer uang ke anaknya yg kuliah takut kesorean kata bapak" cerita salah satu temannya. betapa ayah takut aku kelaparan disini, dan ternyata ayah sering menceritakan tentang aku dengan bangganya kepada teman-temannya. 
aku hanya terdiam, memohon ampun untuk setiap kata kasar yg pernah ku ucapkan kepadanya.
DIA HANYA AYAH SAMBUNGKU, tapi dialah yg mengajarkanku untuk menjadi sosok yang TANGGUH.
.................................................................................................