Selasa, 17 Mei 2016

KAMIS MENDUNG (hanya cerita fiktif)

Kamis Mendung 1
DIA AYAH SAMBUNGKU
Aku seorang gadis yang selalu merasa "BERUNTUNG" bukan karena terlahir dari keluarga yang kaya raya namun karena proses hidup yang sudah kulalui. hanya saja untuk yang satu ini aku merasa SUWEK. Kehilangan sosok seorang ayah begitu menyedihkan bagi seorang gadis, aku merasa Tuhan tidak adil, usiaku saat itu masih 5tahun sedangkan adikku yg cewek baru 7bulan. (oh..ya aku anak ke 2 dari 4 bersaudara sibungsu cowok). Beberapa tahun kemudian ibu memutuskan untuk menikah lagi, dari pernikahan itulah lahir si bungsu. yaaa, aku punya "AYAH SAMBUNG" . Dari pernikahannya dulu punya 4 anak sekarang sudah menikah semua. 
apa yang kalian pikirkan dari sosok "AYAH SAMBUNG" ????
GALAK? PENYIKSA? Atau KEJAM mungkin?
jauh dari itu semua, mereka bilang aku beruntung punya ayah seperti dia, bahkan banyak yang tidak tau dia hanya ayah sambung untukku dan saudaraku. Sering aku marah kepada dia saat apa yg dia lakukan ku anggap salah, sering sekali aku memaki dalam hati dan menyesali pernikahan ibu dengan "dia", tidak jarang aku marah pada ibu dan bertanya "mengapa ibu harus menikah lagi?" KESAL. terlebih ketika aku selalu di teror oleh anaknya. Beberapa tahun berlalu, tanda tanya itu masih sama "mengapa ibu harus menikah lagi?". aku beranjak dewasa, memasuki bangku kuliah. tugas, praktikum dan laporan hanya itu yang membuatku galau. aku memutuskan untuk mengajar les hanya sebagai tambahan uang jajan. Ayah sambungku juga sering mentransfer uang, bahkan salah satu atmnya ada ke aku. kalau uang bulanan menipis yaaa tinggal sms aja, " yah,uang bulanan saya masih 20ribu cukup untuk makan" hehehe tidak pernah aku meminta, cukup dg sms demikian dia pasti balas "iya,doakan ayah dapat rezeki, besok ayah transfer"  padahal untuk urusan uang aku tidak kekurangan karena masih mendapat gaji pensiun ayah kandungku. lihat saja besok, pasti hp berdering berkalikali hanya untuk bilang "dek, uangnya udah ayah transfer" aku dengan girangnya cuma bisa bilang "makasih yah". suatu yang membanggakan bagi beliau ketika anaknya kuliah meski aku cuma anak TIRI. Karena anak kandungnya tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi. hari berlalu, murid lesku pun bertambah, aku dengan girang menceritakannya kepada ayah dan ibu lewat telpon, hari itu hari rabu. keesokkan harinya aku praktikum, langit mulai mendung, sudah sangat sore dan mau hujan, sesampai dikos aku langsung mengambil hp dan menelpon ibu. suasana rumah terasa sepi ku tanya "bu, kok sepi? kemana adik-adikku dan ayah?" ibu hanya menjawab "si bungsu ngaji, satunya kemah, ayah lagi pergi katanya mau belikan si bungsu susu" (si bungsu kami walau sudah kelas 3 masih minum susu) adzan magrib berkumandang, aku memutuskan obrolan kami. setelah sholat aku pergi makan bersama pacarku, entah mengapa hati ini terasa berbeda, tiba-tiba pacarku berkata "kapan ya bisa ke rumah kamu lagi?" "ya nanti, kalo libur kuliah". tak lama kakakku menelpon, dengan suara yang bergetar memberitau ayah kami tabrakan, dan kondisinya kritis. aku terdiam, airmata menetes dan terisak. dia pun hanya bisa menangis karena kami berdua jauh di luar kota.
ibu kami tidak memberitau kami tentang hal ini, kakakku tau dari status fb keponakan ayah. yaa, itulah hebatnya ibu, tidak pernah memberitau kegundahan hatinya. hanya doa yang bisa ku kirim untuk ibu dan ayah yang jauh disana. Aku kembali ke kos, menangis dan menangis takut kehilangan. tak lama hpku berdering, ku lihat ayah memanggil "dek, kita sudah tidak punya ayah" suara kakak tiriku terdengar bergetar. aku terisak, ingin segera pulang, tengah malam itu juga aku dan pacarku pulang ke rumah. sepanjamg jalan aku menangis, ku ingat satu per satu memori bersama ayah.
dulu, dia yang menjemput dan mengantarku ke sekolah.
dia yang menghadiahkan motor yg sekarang ku gunakan untuk kuliah dari hasil jalan sehat PGRI yang di ikutinya, dia yang memberiku laptop ketika aku kelas X SMA, dia juga yg takut aku kelaparan ketika akhir bulan. dia yang pergi pagi pulang malam untuk kami, dia yg sangat marah ketika ada makanan terbuang sia sia, dia yg begitu membanggakan aku kepada teman-temannya.
setelah kepergiannya, rekan-rekannya berdatangan satu per satu menceritakan kisah mereka bersama ayah.
"kemarin ketika ada pertemuan beliau tidak ikut sampai selesai, katanya mau transfer uang ke anaknya yg kuliah takut kesorean kata bapak" cerita salah satu temannya. betapa ayah takut aku kelaparan disini, dan ternyata ayah sering menceritakan tentang aku dengan bangganya kepada teman-temannya. 
aku hanya terdiam, memohon ampun untuk setiap kata kasar yg pernah ku ucapkan kepadanya.
DIA HANYA AYAH SAMBUNGKU, tapi dialah yg mengajarkanku untuk menjadi sosok yang TANGGUH.
.................................................................................................